Total Tayangan Halaman

Kamis, 16 Desember 2010

Makalah Filsafat

PENDAHULUAN

Filsafat pertama muncul di Yunani kira-kira abad ke 7 SM. Filsafat muncul ketika orang orang mulai berfikir dan berdiskusi tentang keadaan alam, dunia dan lingkungan di sekitar mereka. Orang yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah orang Yunani yang bernama Thales ( 624-546 SM), orang ini yang digelari Bapak Filsafat.[1] Filosof-filosof Yunani berikutnya yang populer ialah : Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato dan Aristoteles adalah murid Plato. Ada sebagian yang mengatakan bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah komentar-komentar karya Plato. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
Banyak pendapat bahwa filsafat lahir dari Yunani, namun ada juga yang mengatakan bahwa filsafat dimulai dari Islam. Ada lagi yang berpendapat asal mula filsafat dari gabungan keduanya. Filsafat Islam tidak dapat dipisahkan dari filsafat Yunani kuno sebagai awal munculnya sejarah perkembangan filsafat. Filsafat Islam memiliki kisah tersendiri dalam sejarah perkembangannaya, dan filsafat Barat juga memiliki riwayat yang berbeda dalam perjalanan sejarah mereka.
Pemikiran yang mendalam untuk mencari kebenaran merupakan hakekat dari filsafat, maka filsafat sangat perlu untuk dipelajari agar dapat memahami persoalan pemikiran yang sedang berkembang. Studi filsafat dapat membantu dalam membangun keyakinan keagamaan berdasarkan kematangan intelektualitas. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal kepercayaan tersebut tidak tergantung pada konsepsi pra ilmiah yang usang, sempit dan dogmatis.[2]
Tokoh filsafat Islam maupun filsafat Barat memiliki peran besar dalam mempengaruhi perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan berikutnya. Maka hal ini sangat perlu untuk mempelajari tokoh-tokoh keduanya sekaligus membandingkan untuk memahami buah pikirannya. Menurut Zubaidi tokoh filsafat Barat anatara Rene Descartes, David Hume, Imanuel Kant, Hegel, dan lain-lain.[3]  Harun Nasution mengatakan bahwa filsafat Islam  yang  pertama  muncul di abad ke-9 M adalah Al-Kindi, ar-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan lain-lain.[4]   Maka dalam makalah ini akan dibahas perbandingan antara filsafat Barat dan filsafat Islam dan pemikirannya





PEMBAHASAN

A.     Konsep-konsep Filsafat

Filsafat berasal dari kata arab yang berhubungan erat dengan kata Yunani, bahkan memang berasal dari kata Yunani yaitu, philosophia.  Dalam bahasa Yunani kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia; philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu mencapai yang diinginkan itu; sophia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam, definisinya filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab sedalam-dalamnya dari segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.[5]
Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli, dan bagi Aristoteles, filsafat adalah ilmu yang mencari kebenaran pertama, segala yang maujud dan ilmu segala yang ada yang menunjukkan adanya penggerak pertama.[6]
Bagi Al-Farabi, filsafat adalah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakekat yang sebenarnya. Al-Kindi berpendapat filsafat merupakan pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu, dan ini mengandung teologi (al-rububiyah), ilmu tauhid, etika dan seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat.[7] Ibnu Sina mengaitkan filsafat dan kesempurnaan diri: filsafat adalah penyempurnaan jiwa manusia melalui pengkonsepsian hal ihwal dan penimbangan kebenaran-kebenaran teoritis dan praktis dalam batas-batas kemampuan manusia.[8]
Dari berbagai keterangan di atas bisa dikatakan bahwa “ filsafat “ adalah studi yangn mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis, untuk mencari hakekat kebenaran sesuatau, baik dalam logika, etika maupun metafisik. Untuk itu studi filsafat mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Hal ini membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity ‘ketertarikan’.

B.     Filsafat Barat
Mempelajari filsafat barat tidak lepas dari arah pembicaraan filsafat secara histories, yaitu kajian yang ditinjau dari sejarah. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya, maupaun pokok-pokok pikiran dan ajarannya. Mempelajari filsafat barat dapat pula membagi periode sejarah filsafat menjadi tiga bagian yaitu, filsafat kuno ( ancient philosophy ), filsafat abad pertengahan ( middle philosophy ), dan filsafat abad modern ( modern philosophy).
Ada tiga  hal penting dalam kajian manusia sebagai bagian dari peradaban filsafat yaitu, indra, akal, dan hati. Pertentangan atau kerja sama antara akal dan hati pernah mengalami menang dan kalah, selama dalam perjalanan sejarah filsfat.
Yang dimaksud akal di sini adalah akal yang logis dan rasional, sedangkan hati adalah rasa.  Akal itulah yang menghasilkan filsafat, sedangkan hati menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik; iman termasuk disini. Perseteruan antara akal dan hati, rasio dan iman antara filsafat dan agama selalu melatarbelakangi perkembangan budaya manusia hingga sekarang. Namun secara umum ciri filsafat Yunani adalah rasionalisme.[9]
1.      Zaman Yunani Kuno
Pada masa awal Thales dan beberapa kawannya, akal mulai menonjol dominasinya,  tetapi iman masih tampak memainkan peranan. Filsafat Thales belum sepenuhnya akal, di dalam argumennya masih terlihat adanya pengaruh kepercayaan ada mithos Yunani; mitos adalah agama, jadi iman. Phytagores dalam argumennya tentang angka-angka juga belum murni akal, ordonya yang pantang beberapa jenis makanan merupakan indikator bahwa dia masih dipengeruhi oleh kepercayaan dalam berfilsafat.
Pada zaman sofis keadaan banyak berubah, pada zaman ini akal menang mutlak, manusia adalah ukuran kebenaran, juga semua kebenaran bersifat relatif. Maka hal ini berakibat timbulnya kekacauan, yaitu kekacauan kebenaran. Tidak ada ukuran yang berlaku umum tentang kebenaran, merupakan penyebab kekacauan. Akibatnya semua teori sains diragukan, semua akidah dan akidah agama dicurigai sehingga manusia zaman itu telah hidup tanpa pegangan, kemudian muncullah Socretes.
Misi Socrates menghentikan pemikiran yang menganggap bahwa semua kebenaran itu relatif dengan cara menyakinkan orang Athena terutama para filosof dan hakim sofis bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, ada kebenaran umum, yaitu kebenaran yang dapat yang diterima oleh semua orang. Inilah pengertian umum yang merupakan temuan Socretes terpenting. Plato,  murid Socretes memperkuat pendapat gurunya; kebenaran umum memang ada, namanya idea. Idea itu telah ada sebelum manusia ada; ia ada di dalam idea. Ariestoteles juga berpendapat demikian akal dan hati, rasio dan iman sama-sama menang.
Kurang lebih 300 tahun sejak meninggalnya Socretes pada masa helenisme di ujung tarikh Masehi, menjelang neo-Platonisme, filsafat semakin berkurang dominasinya. Pada Abad Pertengahan agama yang menang mutlak, akal kalah total.[10]     
  1. Abad Pertengahan
Abad pertengahan dimulai sejak Plotinus (204-270 M), pengaruh agama Kristen semakin besar, filsafatnya bersifat spiritual. Dia adalah filosof pertama yang mengajukanteori penciptaan alam semesta. Teorinya yang sangat terkenal yaitu tentang emanasi ( melimpah), yang merupakan jawaban pertanyaan Thales; apa bahan alam semesta ini, Plotinus menjawab: bahannya Tuhan, Ajaran Plotinus disebut Plotinisme atau neo-Plotinisme karena eraat dengan ajaran Plato yang teosentris. Tujuan filsafat plotinus adalah tercapainya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya mengenal alam melalui indra dengan ini akan mengenal keagungan Tuhan, kemudian menuju jiwa dunia setelah itu menuju jiwa Illahi.[11]
Pada abad pertengahan akal benar-benar kalah. Hal itu kelihatan jelas pada filsafat Plotinus, Augustinus, Anselmus, kemudian baru pada Aquinas penghargaan terhadap akal mulai muncul kembali, Augustinus menganti akal dengan iman, potensi manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti dapat kuasa Allah. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relatif. Kebenaran itu mutlak, yaitu ajaran agama. Praktis apa abad pertengahan ini filsafat dikuasai oleh semangat kepercayaan Kristen.
Pada abad pertengahan ini agama Kristen bukan lagi Kitab Suci, melainkan penafsiran Kitab Suci oleh para saint (orang suci). Perbedaan pemikiran Copernicus dan Galileo dengan pemikiran tokoh-tokoh Gereja, telah menyebabkan kedua tokoh sains itu dihukum (Encyclopedia, 1977:7:75). Pendapat kedua tokoh tersebut bukan berlawanan dengan Kitab Suci, melainkan berbeda dari pendapat tokoh Gereja yang mengatas namakan Kitab Suci.
Thomas Aquinas (1225-1274) filsafatnya lebih empiris dari pada para pendahulunya, ia banyak menggunakan obsevasi terhadap alam dalam menopang argumen-argumennya. Ia berhasil mengunakan filsafat rasionalnya, yang terkenal ialah beberapa pembuktian tentang adanya  Tuhan. Dalam pandangannya eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal, maka untuk membuktikan pendapatnya ia menunjukkan 5 dalil meskipun pendapat itu tidak kuat sebagaimana yang diduganya. Kelak banyak filosof yang menolaknya terutama Kant.[12]

  1. Zaman Modern
Pada dasarnya corak filsafat modern mengambil warna pemikiran filsafat sofisme Yunani, paham-paham yang muncul garis besarnya rasionalisme, idealisme, empirisme dan paham-paham yang merupakan pecahan itu. Sebelumnya didahului dengan masa renaissance, yaitu menghidupkan kembali rasionalisme Yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal adalah alat yang terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting sebagai pendukung rasionalisme; Descartes, Spinoza dan Leibniz.
Descartes (1596-1650)  dalam memberikan penghargaan pada akal dengan membawa metode cogito-nya ( aku berpikir ). Badanku boleh saja diragukan adanya, tetapi aku berpikir tidak dapat diragukan. Pengetahuan yang clear and distinect (jelas dan pasti) pada decsetes ini diambil Spinoza dengan nama adequate ideas, dan pada Leibniz truths of reason. Oleh karena itu konsep sentral dalam metafisika Descartes adalah subtansi dan definisi, yang sesungguhnya sudah ada pada Aristoteles. Bahwa sesuatu untuk ada tidak memerlukan yang lain (bila adanya karena yang lain, berarti substansinya kurang menyakinkan).[13]
Sefaham dengan idealisme yang mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik hanya dapat difahami dalam ketergantungannya pada jiwa (mind) dan sprit (roh). Istilah ini diambil dari “idea “, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pada filsafat modern, pandangan ini mula-mula dikemukakan oleh George Barkley (1685-1753) yang menyatakan hakekat obyek-obyek fisik adalah idea-idea. Argumen orang-orang idealis mengatakan bahwa obyek-obyek fisik tidak  dapat dipahami terlepas dari spirit.

C.     FILSAFAT ISLAM.
Filsaft Islam terdiri dari dua kata. Filsafat diartikan sebagai berpikir bebas, radikal dan dalam dataran makna. Bebas artinya tidak ada pikiran yang menghalangi bekerja. Sedangkan kata Islam , secara sematik berasal dari kata salima artinya menyerah, tunduk dan selamat. Jadi pada hakekatnya adalah berpikir bebas, radikal dan berada pada taraf makna yang memiliki sifat, corak dan karakter yang menyealamatkan dan menberikan kedamaian hati.[14]  
Filasafat Islam tumbuh oleh dua lingkungan yang hidup sezaman yang sama-sama meletakkan sendi-sendi kajian rasional Islam. Menurut Madkour pertama, lingkungan kaum penerjemah yang memasok dunia Islam dengan buah pemikiran kelasik baik Timur maupun Barat. Kedua, lingkungan sekte teologis Islam, khususnya Muktazilah.[15] 
Filsafat Islam mengalami masa gemilang mulai abad ke-8 smpai abad ke-13. pada masa ini berkembang penerjemah ke dalam bahasa arab karya-karya filosof Yunani atas dorongan khalifah-khalifah Bani Abbasiah, yaitu; Al-Mansyur,  Harun Al-rosyid, kemudian Al-Makmun. Berdirilah Perguruan Bait al Hikmah selain sebagai pusat penerjemah, juga menjadi pusat pengembangan filsafat dan sains.
Kontak pertama orang Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan filsafat Yunani adalah pada saat Khalifah Harun Al Rasyid mengirimkan orang-oarang Islam ke Kerajaan Romawi di Eropa. Harun Nasution mengatakan ;
“Orang-orang dikirim ke Kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip. Pada mulanya yang dipentingkan adalah buku-buku mengenai kedokteran, tetapi juga mengenai ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan lain dan filsafat. Buku-buku itu diterjemahkan dulu ke alam bahasa Syria, bahasa Ilmu pengetahuan di Mesopotamia diwaktu itu, kemudian baru ke dalam bahasa arab. Akhirnya penerjemah langsung ke dalam bahasa Arab,”[16]

Pemikiran Filsafat Islam telah muncul dan dikenal dalam alran-aliran teologis (kalamiah). Sejak abad 7 sampai tahun permulaan abad 13 kajian filosofis bercmpur dengan kajian-kajian teologik, bahkan hidup bersama berdampingan. Maka muncullah istilah suluk, al-Ittihad, hulul, wihdatul wujud. Ini semua bentuk-bentuk tasawuf berlandasakan pada sendi-sendi filsafat dan teori tentang al-Wujud (ontologi) dan al-Ma;rifah (epistimologi) mirip dengan teori para filosof.
Berbagai perbedaan yang timbul antara pemikiran yang rasional (filsafat) dengan rasa (tasawuf) tidak menyebabkan ada orang Islam yang didominasi oleh pemikiran akal secara total, demikian sebaliknya tidak ada yang di dominasi sepenuhnya oleh rasa (hati) seratus persen. Buktinya adalah tidak ada filpsof Islam maupun sufi yang meninggalkan iman, apalagi yang mengambil faham materialisme atau atheisme.
D.    CIRI   FILSAFAT ISLAM
Filsafat Islam mempunyai ciri-ciri  sebagai berikut :
1.                                                                                                                                                                                              Sebagai Filsafat Relegius
Topik-topik filsafat Islam bersifat relegius, dimulai dengan meng-Esakan Tuhan dan menganalisis secara universal dan menukik ke teori keTuhanan yang tak terdahuluaisebelunya. Seolah-olah menyaingi alairan kalamiah Mu’tazilah dan Asy’ariyah yang mengoreksi kekurangan nya dan berkonsentrasi mengambarkan Allah Yang Maha Agung dalam pola yang berlandasan tajrid (pengabstrakan), tanzih (penyucian), keesaan mutlak dan kesempurnaan total. Dari Yang Esa ber-emanasi segala sesuatu. Karena Ia  pencita, maka Ia menciptakan dari bukan sesuau, menciptakan alam sejak azzali, mengatur dan menatanya. Karena alam merupakan akibat bagi-Nya, maka dalam wujud dan keabadian-Nya, maka Ia menciptakannya karena semata-mata anugerah-Nya.[17]   
2.                                                                                                                                                                                              Filsafat Rasional
Akal manusia juga merupakan salah satu potensi jiwa dan disebut rasional soul. Walaupun berciri khas relegius-spritual, tetapi tetap bertumpu pada akal dalam menafsirkan problematika ketuhanan, manusia dan alam, karena wajib al-wujud adalah akal murni. Ia adalah obyek berpikir sekaligus obyek pemikiran.[18]
3.                                                                                                                                                                                              Filsafat Sinkretis
Filsafat Islam memadukan antara sesama filosof. Memadukan berarti mendekatkan dan mengumpulkan dua sudut, dalam filsafat ada aspek-aspek yang tidak  sesuai dengan agama. Sebaliknya sebagian dari teks agama ada yang tidak sejalan dengan sudut pandang filsafat. Para filosuf Islam secara khusus konsentrasi mempelajari Plato dan Ariestoteles. Untuk itu mereka menerjemahkan dialog-dialog penting Plato. Republik, hukum, Themaus, Sophis, Paidon, dan Apologia (pidato pembelaan Socretes).[19]
4.                                                                                                                                                                                              Filsafat yang Berhubungan Kuat dengan Ilmu Pengetahuan
Saling take and give, karena dalam kajian-kajian filosof terdapat ilmu pengetahun dan sejumlah problematika saintis, sebaliknya dalam saintis terdapat prinsip-prinsip dan teori-teori filosofis.  Filosof Islam menganggap ilmu-ilmu pengetahuan rasional sebagai bagian dari filsafat.  Misalnya adalah buku As-Syifa’   milik Ibnu  Sina yang merupakan Encyclopedia,  Al-Qanun, kemudian Al-Kindi mengkaji masalah-masalah matematis dan fisis. Al-Farabi mempunyai kajian Ilmu ukur dan mekanik.[20]

E.      Tokoh Filsafat Islam
1.              Al-Kindi
Hidup  pada tahun 796-873 M  pada masa  khalifah al-Makmun dan  al-Mu’tashim. Al-Kindi  menganut aliran Mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat.  Menurut Al-Kindi filsafat yang paling tinggi adalah filsafat tentang Tuhan. Kata Al-Kindi : Filsafat yang termulia dan tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu ilmu tentang Yang Benar Pertama, yang menjadi sebab dari segala yang benar. Masih menurut Al-Kindi kebenaran ialah bersesuaian apa yang ada dalam akal dan yang ada diluar akal.
Di dalam alam terdapat benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca indra. Benda-beanda ini merupakan juz’iyat. Yang terpenting bagi filsafat bukan  juz’iyat yang tak terhingga banyaknya, tetapi yang terpenting adalah hakekat yang terdapat dalam juz’iyat, yaitu kauliyat.[21] Kemudian filsafatnya   yang lain yaitu tentang jiwa an roh.
2.              Al-Farabi
Al-Farabi hidup tahun 870-950 M, dia meninggal dalam usia 80 tahun. Filsafatnya yang terkenal adalah teori emanasi (pancaran). Filsafatnya mengatakan bahwa yang banyak ini timbul dari Yang Satu. Tuhan bersifat Maha Satu tidak berubah, jauh dari materi , jauh dari arti banyak, Maha sempurna dan tidak berhajat apapun. Kalau demikian hakekat sifat Tuhan, bagaimana terjadinya alam  materi yang banyak ini dari yang Maha satu?
Menurut Al-Farabi alam terjadi dengan cara emanasi atau pancaran dari Tuhan yang berubah menjadi suatu maujud. Perubahan itu mulai dari akal pertama sampai akal kesepuluh. Kemudian dari akal kesepuluh muncullah berupa bumi serta roh-roh dan materi pertama yang menjadi dasar dari empat unsur: api, udara, air dan tanah. Pada falsaft kenabian dia mengatakan bahwa Nabi dan rasul adalah pilihan, dan komunikasi dengan akal kesepuluh terjadi bukan atas usaha sendiri tetapi atas pemberian Tuhan.[22]
3.              Ibnu Sina
Ibnu Sina lahir di Asyfana 980 M dan wafat di Isfahana tahun 1037 M. pemikiran terpenting yang dihasilkan oleh Ibnu Sina adalah tentang jiwa.  Ibnu Sina juga manganut paham pancaran, jiwa manusia memancar dari akal kesepuluh. Dia membagi jiwa dalam tiga bagian, yaitu jiwa tumbuh-tumbuhan (nafsu nabatiyah), jiwa binatang ( nafsu hayanawiyah), dan jiwa manusia (nafsu natiqah).
Filsafat tentang wahyu dan nabi ia berpendapat, bahwa Tuhan menganugrahkan akal meteriil yang besar lagi kuat yang disebut al-hads (intuisi). Tanpa melalui latihan dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif  dan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu dari Tuhan. Akal yang seperti ini mempunyai daya suci (quwwatul qudsiyah). Ini bentuk akal tertinggi yang dapat diperoleh manusia, dan terdapat hanya pada nabi-nabi.[23]
Dari beberapa kajian diatas, filosof muslim dlam pemikirannaya selalu bersandar kepada Tuhan, meskipun rasio digunakan secara bebas dab radikal  namun masih terkendali oleh wahyau yang merupakan pangkal dari agama Islam.

KESIMPULAN

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa filsafat lahir dari Yunani, namun ada juga yang mengatakan bahwa filsafat dimulai dari Islam. Ada lagi yang berpendapat asal mula filsafat dari gabungan dari keduanya.
Filsafat Barat adalah hasil pemikiran radikal oleh filosof Barat sejak abad pertengahan sampai  modern, sedangkan filsafat Islam adalah berpikir bebas, radikaldan berada pada taraf makna yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang menyelamatkan dan kedamaian hati.
Perjalanan filsafat Barat dimulai dari masa Yunani Kuno, yang terfokus pada pemikiran asal kejadian alam secara rasional. Segala sesuatu harus atas dasar logika. Kemudian masa abad pertengahan filsafat berubah arah menjadi bersifat teosentrik, segala kebenaran ukurannya adalah ketaatan Gereja,  maka mereka banyak berasal dari kalangan pendeta (agamawan). Pada perjalanan berikutnya para pendeta dogmatis itu ditinggal para ilmuwan yang kemudian beralih pada pemikiran yang bercorak  bebas, radikal, dan rasional yang realis. 
Filsafat Islam segala bentuk pemikiran ilmuwan muslim yang mendalam secara teoritis maupun empiris, bersifat unversal yang berlandaskan wahyau. Filsafat Islam merupakan pengembangan filsafat Plato dan Aristoteles yang telah dilandasi dengan ajaran Islam dan memadukan antara filsafat dan Agama. Filsafat yang bercirikan religius dan berusaha sekuat tenaga memasukkan teks agama dengan akal.

Perbandingan  antara  Filsafat Barat dan Filsafat Islam   adalah  sebagai berikut :
·     Persamaannya, sama-sama berpikir radikal, bebas. Kedua-duanya menggunakan logikal akal, dialektika.  Kedua-duanya berfikir tentang realitas alam, kosmologi.
·     Perbedaannya:
a.      Filsafat Barat
-         Mengguakan rasio
-         Berpijak pada hal-hal yang konkrit
-         Hanya berfilsafat
b.     Filsafat Islam
-         Berfilsafat menggunakan akal dan bersandar pada wahyu.
-         Ruang lingkup pembahasannya yang abstrak maupun konkrit, fisik maupun metafisik.
-         Berfilsafat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memahami realitas alam.
-         Berfilsafat dimulai dengan keimanan kepada Allah.


  
   
DAFTAR KEPUSTAKAAN


Ahmad   Tafsir,   Filsafat  Umum Akal  dan Hati  sejak  Thales   sampai        Capra,
 ( Bandung: Rhosda karya, 2008), cet. XVI   
Abu Bakar Atjeh, Sejarah Filsafat Islam, (Sala- Ramadani,1982), cet. II
Abuddin Nata, Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1993), cet. III
C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991)
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1982)
--------------------, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), cet. 12
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
Musa Asy’ari, Filsafat  Islam, (Yogyakarta: LESFI 1999)
Zubaidi, Filsafat Barat, (Yogyakarta: Arruz Media, 2007)




[1] Ahmad Tafsir,  Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, (Bandung: Rhosda karya, 2008), cet,XVI, hal. 1
[2] Zubaidi, Filsafat Barat, (Yogyakarta: Arruz Media, 2007), hal.12
[3] Zubaidi, ibid, hal. 14
[4] Harun Nasution ,   Filsafat dan Mistisme Dalam Islam,   (Jakarta;  Bulan  Bintang, 2006),  cet. 12, hal. 5
[5] Ahmad Tafsir, Ibid, Hal. 9
[6] Abu Bakar Atjeh, Sejarah Filsafat Islam, ( Sala: Ramadani, 1982), cet. II,  hal. 8
[7] Abuddin Nata,  Ilmu  Kalam,  Filsafat  dan  Tasawuf,    ( Jakarta:  Raja  Grafindo  Persada, 1998), cet. III,  hal. 111
[8] C.A Qadir,   Filsafat  dan  Ilmu  Pengetahuan  dalam  Islam,   (Jakarta:  Yayasan  Obor  Indonesia, 1991), hal. 8
[9] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,  hal. 47
[10] Ahmad Tafsir,Ibid, hal, 65
[11] Ahmad Tafsir, Ibid, hal. 74
[12] Ahmad Tafsir, Ibid, hal. 116
[13] Ahmad Tafsir, Ibid, hal. 142
[14] Musa Asy’ari, Filsafat Islam, (Yogyakarta; LESFI,1999), hal. 6 
[15] Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 115
[16] Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), cet. Ke-12, hal. 4
[17] Ibrahim Mudkour, Ibid, hal. 245
[18] Ibid, hal. 247
[19] Ibid, hal. 250
[21] Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), cet. Ke-12, hal 7
[22] Harun  Nasutiaon, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta; Universitas Indonesia, 1982) , hal. 20
[23] Ibid, hal. 27

1 komentar:

  1. makalahnya lengkap... mantap kunjungan balik www.fileskripsi.com

    BalasHapus

Pengikut